publiklampung.com -- Universitas Lampung (Unila) akhirnya mengonfirmasi bahwa telah terjadi unsur kekerasan dalam kegiatan Pendidikan Dasar (Diksar) Mahasiswa Pencinta Alam (Mahapel) yang menyebabkan tewasnya salah satu peserta. Pihak kampus menyampaikan duka cita mendalam atas insiden tragis yang menimpa mahasiswa tersebut.
Kepastian adanya kekerasan ini terungkap setelah tim investigasi internal kampus mengumpulkan berbagai keterangan dari saksi dan panitia kegiatan. Berdasarkan hasil awal, ditemukan sejumlah bukti dan kesaksian yang menunjukkan bahwa korban mengalami perlakuan yang tidak semestinya selama kegiatan berlangsung.
Rektor Unila menegaskan bahwa pihak universitas tidak mentolerir segala bentuk kekerasan, baik dalam kegiatan akademik maupun non-akademik. Ia menambahkan bahwa Unila akan mendukung sepenuhnya proses hukum yang tengah dilakukan oleh aparat kepolisian terhadap pihak-pihak yang bertanggung jawab.
Sementara itu, kegiatan Diksar Mahapel yang seharusnya bertujuan membentuk karakter dan ketahanan mental mahasiswa, justru berubah menjadi ajang kekerasan yang fatal. Banyak pihak menyoroti minimnya pengawasan serta lemahnya sistem evaluasi terhadap kegiatan ekstrakurikuler mahasiswa.
Orang tua korban dan aktivis kemanusiaan juga menyuarakan keprihatinan mereka. Mereka meminta pihak kampus tidak hanya mengambil tindakan administratif, tetapi juga mengevaluasi total semua bentuk kegiatan mahasiswa yang berpotensi membahayakan keselamatan.
Kapolresta Bandar Lampung menyampaikan bahwa pihaknya telah memeriksa sejumlah panitia dan peserta Diksar, serta mengamankan beberapa barang bukti. Proses hukum akan terus berlanjut guna memastikan keadilan bagi korban dan keluarganya.
Insiden ini menjadi pelajaran penting bagi dunia pendidikan tinggi. Kampus-kampus diharapkan lebih serius dalam mengawasi dan mengatur kegiatan mahasiswa agar tidak terjadi lagi peristiwa serupa yang merenggut nyawa generasi muda bangsa.
0 comments:
Post a Comment