Seorang profesor teknik geofisika mengungkap alasan di balik letusan Gunung Anak Krakatau - .
RajaBackLink.com

Seorang profesor teknik geofisika mengungkap alasan di balik letusan Gunung Anak Krakatau

Bandar Lampung - publiklampung.com -- Abu dikeluarkan hingga kedalaman 1.500 meter ke Selat Sunda oleh Gunung Anak Krakatau (GAK) yang masih terus meletus. Lalu apa sebenarnya penyebab minimnya erupsi AK sejak Minggu 26 November 2023 hingga saat ini? Berikut penjelasannya.

Di Indonesia terdapat beberapa gunung berapi aktif, salah satunya adalah Anak Krakatau. Saat ini statusnya berstatus siaga III, berbagi dengan Gunung Karangetang di Sulawesi Utara, Gunung Merapi di Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Gunung Semeru di Jawa Timur.

Setidaknya tercatat 60 kali erupsi pada Senin, 27 November 2023, berdasarkan catatan Pos Pengamatan Gunung Anak Krakatau (GAK) di Desa Hargo Pancuran. Adapun pada hari ini, Selasa 2023, tercatat sembilan kali erupsi hingga pukul 21.00 WIB.

Profesor Muhammad Sarkowi dari Departemen Teknik Geofisika Universitas Lampung memberikan penjelasan mengapa Gunung Anak Krakatau masih terus meletus. Penyebab aktivitas erupsi yang terus terjadi di GAK, ujarnya adalah aktivitas lempeng yang terjadi jauh di bawah bumi.

Magma di bagian dalam bumi bergerak ke atas seiring dengan pergerakan lempeng. Hal inilah yang memicu terjadinya letusan Gunung Anak Krakatau yang berlangsung sejak Minggu kemarin.

Dengan cara yang sama kita mengocok sebotol air panas. Jadi proses yang sama akan meledak kalau kita buka,” jelas Sarkowi, Selasa, 28 November 2023.

Pakar energi dan kebencanaan, lanjut Sarkowi, menggambarkan bagaimana batuan tertentu di bagian dalam bumi larut ketika terkena panas yang hebat. Setelah itu lelehan akan naik mencari area menganga (kawah).

Makanya setiap kali terjadi letusan akan terasa gempa karena akan mengguncangkan magma yang ada di bawah permukaan sehingga naik ke atas, jelasnya.

Menurut Sarkowi, lingkungan sirkulasi bawah permukaan yang stabil dan seimbang diperlukan agar letusan dapat berhenti. Menurut Sarkowi, lempeng sering bergerak 3–4 cm setiap tahunnya.

Ia mengatakan seismometer mungkin bisa digunakan untuk mengukur panjang dan intensitas letusan di GAK dan lokasi lainnya. Dengan menggunakan alat ini, aktivitas pergerakan magma di bawah Gunung Anak Krakatau dapat diukur.

“Sehingga kita bisa mengetahui sumber aktivitas magma di kedalaman berapa pun,” tandasnya.

Sarkowi menghimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap operasi GAK yang sedang berlangsung dan tidak perlu khawatir. Untuk mencegah material panas yang berasal dari letusan, masyarakat yang berada di kawasan GAK diminta menjauhi kawasan GAK dalam radius yang telah ditentukan.

“Bagi masyarakat dimohon untuk tetap waspada namun jangan terlalu panik. Untuk menghindari terjadinya material panas, penting untuk menjauhi GAK dalam radius tiga hingga lima kilometer,” tandasnya.

Editor : Anisa Bela
Reporter : Helmi Ragil
Released © publiklampung.com
Share on Google Plus

About Publik Lampung

PT.Tricitra Media Coorporate provides one stop automated solution for your Technology. Depending on the size and field of your organization, we have different products and services to meet your requirements. We provide the optimum and customized solutions made for your organization.

0 comments:

Post a Comment